Dalam suatu hikayat Abi Qilabah menceritakan : Sesungguhnya Abi Qilabah melihat (bermimpi) di dalam tidurnya, seakan-akan kubur terbelah dan para mayitnya keluar dari dalam kubur dan duduk di pinggir kubur, dan di depan setiap mayit ada talam dari Nur dan Abi Qilabah melihat di antara mereka seorang laki-laki yang di depannya tidak terdapat apa-apa dari nur (cahaya), Abi Qilabah bertanya pada laki-laki tersebut : "Kenapa aku tidak melihat nur (cahaya) di depanmu". Maka laki-laki itu menjawab : "Sesungguhnya para mayit itu mempunyai anak-anak dan teman-teman yang menghadiahkan kebaikan untuknya dan bersedekah untuknya dan nur (cahaya) itu berasal dari hadiah orang-orang tersebut. Sedangkan aku mempunyai anak yang tidak saleh dan tidak berdo'a dan bersedekah untukku, karena itu tidak ada nur (cahaya) padaku, hingga aku malu kepada tetanggaku".
Maka ketika terbangun Abi Qilabah menemui anak orang tersebut dan menceritakan apa yang dilihatnya dalam tidur. Dan berkatalah anak itu : "Aku bertaubat di depanmu dan aku tidak akan mengulanginya lagi untuk selamanya". Maka giatlah dia dengan taat, berdo'a dan bersedekah untuk ayahnya. Maka setelah sekian lama, Abi Qilabah bermimpi lagi dalam tidurnya, yaitu tentang kuburan-kuburan tersebut dan keadaannya. Dia melihat nur (cahaya) di depan laki-laki tersebut yang cahayanya lebih terang dari matahari dan melebihi dari pada teman-temannya.
Maka dia berkata : "Hai Abi Qilabah! semoga Allah membalasmu dengan kebaikan, aku telah selamat dari rasa malu di antara para tetangga".
Dalam sebuah hadits diceritakan bahwa Malaikat Maut masuk ke tempat seorang lelaki di iskandariyah (Alexandria), pemuda itu berkata : "Siapa engkau?" Malaikat Maut menjawab : "Saya Malaikat Maut". Maka bergetarlah Faraish (daging di antara lambung dan belikat)-nya pemuda itu. Lalu Malaikat Maut berkata : "Apa yang aku lihat pada dirimu ini". Pemuda itu berkata : "Karena aku takut dari (api) neraka". Maka berkatalah Malaikat Maut : "Aku akan menulis suatu kalimat yang akan menyelamatkanmu dari api neraka". Pemuda itu berkata "Benar!" Malaikat Maut lalu mengambil lembaran (shahifah) dan menulis di dalamnya :
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
BISMILLAAHIR RAHMAANIR RAHIIM
"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang"
Dan ia berkata : "Kalimat ini dapat mencegah dari api neraka".
Ada seorang pemuda ahli ma'rifah mendengar pemuda yang membaca "Bismillaahir Rahmaanir Rahiim" dan pemuda ahli ma'rifah itu mengatakan : "Dalam kalimat ini terdapat nama Dzat yang sangat terkasih, lalu bagaimana agar bisa melihatnya?" Maka manusia itu berkata : "Semua orang mengatakan bahwa dunia beserta Malaikat Maut itu tidak bisa menyamai sedikitpun (pada bobot/kehebatan Basmalah)". Dan aku berkata : "Sesungguhnya dunia tanpa Malaikat Maut tidak bisa menyamai sedikitpun, karena sesungguhnya dia (Malaikat Maut) yang mempertemukan kekasih dengan orang yang dikasihi".