- Jawaban ruh ketika akan dicabut
Diterangkan dalam suatu hadits bahwa ketika Malaikat Maut akan mencabut nyawa orang mukmin, ruh orang mukmin itu berkata : "Aku tidak akan taat kepadmu kalu engkau tidak diperintah (oleh Allah) untuk mencabutku". Malaikat Maut menjawab : "Aku telah diperintah oleh Allah". Ruh lalu meminta tanda (alamat) dan bukti, ia berkata : "Sesungguhnya Tuhanku telah menciptakan aku dan memasukkan aku dalam jasadku dan engkau tidak ada waktu itu, sekarang engkau ingin mengambilku".
Kemudian Malaikat Maut menghadap Allah dan Allah SWT bertanya kepadanya : "Apakah engkau telah mencabut nyawa hamba-Ku ?" Malaikat Maut menjawab : "Tuhanku, sesungguhnya hamba-Mu berkata bengini bengini dan meminta bukti dariku". Maka Allah SWT berfirman : "Benar (yang dikatakan) ruh hamba-Ku". Kemudian Allah berfirman (lagi) : "Hai Malaikat Maut, pergilah ke surga dan ambillah buah apel darinya sebagai bukti, setelah itu temuilah ruh hamba-Ku".
Lalu Malaikat Maut pergi ke surga dan mengambil buah apel dari surga yang bertuliskan "Bismillaahir Rahmaanir Rahiim". Maka ketika ruh itu melihatnya, keluarlah dia dengan segera dan merasa enak serta jernihnya mati.
- Jawaban anggota badan ketika akan dicabut
Diceritakan dalam suatu hadits : Ketika Allah akan mencabut nyawa hamba-Nya, Malaikat Maut mendatangi hamba tersebut pada mulut untuk mencabut nyawanya, maka keluar dzikir dari mulut tersebut dan berkata : "Tidak ada jalan bagimu (untuk mencabut nyawa) dari arah sini". lama sekali lisan hamba tersebut berdzikir kepada Allah. Maka Malaikat Maut kembali menghadap kepada Allah dan mengatakan apa yang terjadi, lalu Allah SWT berfirman : "Cabutlah (nyawanya) dari arah yang lain". Maka datanglah Malaikat Maut pada tangan, keluarlah shadaqah dari tangan seraya berkata : "Tidak ada jalan bagimu (untuk mencabut nyawanya), sesungguhnya dia bershadaqah dengan aku (tangan) banyak sekali, dan dia mengusap kepada anak yatim, menulis ilmu dengan qalam (pena) dan memukul orang-orang kafir dengan aku (tangan)".
Lalu datanglah Malaikat Maut pada kaki, dan kaki berkata : "Tidak ada jalan bagimu dari arahku, sesungguhnya dia berjalan untuk shalat berjamaah, shalat hari raya, mendatangi majelis ilmu dan ta'lim dengan aku (kaki)".
Kemudian Malaikat Maut mendatangi telinga, dan telingapun berkata : "Tidak ada jalan bagimu dari arahku, sesungguhnya dia mendengarkan Al-Qur'an, adzan dan dzikir dengan aku (telinga)".
Maka datanglah Malaikat Maut pada kedua mata, dan keduanya berkata : "Tidak ada jalan bagimu dari arah kami, sesungguhnya dia melihat Mushaf (Al-Qur'an), wajah para ulama, kedua orangtuanya dan orang-orang yang saleh dengan kami"
Kemudian Malaikat Maut pergi menghadap Allah dan berkata : "Wahai Tuhanku, sesungguhnya hamba-Mu berkata begini dan begini". Maka Allah SWT berfirman : "Hai Malaikat Maut, gantungkanlah nama-Ku pada telapak tanganmu dan perlihatkanlah pada ruh hamba-Ku, jika dia melihatnya niscaya keluarlah ia". Maka ditulislah asma Allah pada telapaknya dan diperlihatkan pada hamba Allah, maka iapun mengiyakan dan keluar ruh hamba tersebut dengan berkah asma Allah dan hilanglah pahitnya sakaratul maut darinya. Maka apakah tidak hilang adzab yang pedih darinya bila di dadanya tertulis asma Allah?. Sebagaimana firman-Nya :
أَفَمَنْ شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍ مِنْ رَبِّهِ
AFAMAN SYARAHALLAAHU SHADRAHU LIL-ISLAMI FAHUWA 'ALAA NUURIM MIN RABBIHII.
"Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam, maka ia berada dalam cahaya (hidayah) dari Tuhannya". (QS. Az-Zumar : 22).
Maka apakah tidak hilang darinya siksa dan perkara yang menyusahkan di hari kiamat ?
Disebutkan dalam suatu hadits : Ada lima perkara yang menjadi racun yang mematikan dan lima perkara sebagai penawar (obat) nya :
- Dunia adalah racun yang mematikan dan zuhud adalah penawarnya.
- Harta adalah racun yang mematikan dan zakat adalah penawarnya.
- Ucapan (pembicaraan) adalah racun yang mematikan dan dzikir adalah penawarnya.
- Umur adalah racun yang mematikan dan taat (kepada Allah) adalah penawarnya.
- Sepanjang tahun adalah racun yang mematikan dan bulan Ramadhan adalah penawarnya.
Diceritakan dalam suatu hadits : Ketika seorang hamba mengalami
naza' (sakaratul maut), ada nida' (seruan) yang menyeru dari sisi Allah : "Tinggalkanlah dia supaya bisa istirahat sebentar". ketika ruh sampai di dada, Dia berfirman : "Tinggalkanlah dia supaya bisa istirahat sebentar". Begitu juga ketika ruh sampai pada kedua lutut dan pusar. Ketika sampai pada tenggorokan datanglah nida' (seruan) : "Tinggalkanlah dia sehingga anggota tubuhnya saling berpamitan satu sama lainnya". Maka berpamitanlah mata dengan mata, seraya berkata :
السلام عليكم إلى يوم القيامة
ASSALAMU 'ALAIKUM ILAA YAUMIL QIYAAMAH
"Semoga keselamatan tetap tercurahkan kepadmu sampai hari kiamat".
Begitu juga kedua telinga, kedua tangan dan kedua kaki dan ruh berpamitan dengan jasad dan iman berpamitan dengan lisan. Dan semoga kita dilindungi oleh Allah dari pamitannya ma'rifat dan iman dengan hati. Dan tinggallah dua tangan dan dua kaki yang tidak bergerak, dua mata yang tidak melihat, dua telinga yang tidak mendengar, badan yang tidak bernyawa, lisan tanpa iman, hati tanpa ma'rifat (mengenal sesuatu).
Maka bagaimanakah keadaan hamba yang ada pada liang lahad, tidak melihat suatu apapun, tidak ada ibu, bapak, anak-anak, saudara, sahabat, tanpa alas dan tanpa hijab. Maka orang yang tidak dapat melihat Tuhan Yang Mulia, sungguh orang itu dalam kerugian yang besar.
Imam Abu Hanifah berkata : "Perkara yang banyak menyebabkan hilangnya iman seorang hamba adalah waktu sakaratul maut, semoga Allah menjaga kita dan anda semua dari hilangnya iman".