Abu Laits bercerita bahwa dari bawah Arasy turun dua tetesan pada pemilik daun, yang satu berwana hijau dan satunya lagi berwarna putih. Jika yang jatuh itu berwarna hijau maka diketahui bahwa orang itu akan celaka, dan jika yang jatuh berwarna putih maka orang tersebut adalah orang yang beruntung.
Adapun untuk mengetahui tempat mati orang tersebut, maka diceritakan bahwa Allah SWT menciptakan malaikat yang diserahi (untuk mengawasi/menjaga) setiap orang yang dilahirkan, yang dinamakan Malaikat Arham. Maka ketika Allah menciptakan kelahiran seseorang, ia memerintahkan Malaikat Arham untuk memasukkan pada mani (sperma) yang ada dalam rahim ibunya tanah/debu dari bumi yang akan menjadi tempat mati orang tersebut. Maka walaupun dia berputar-putar (pergi kemana saja) ia suka, tetapi akhirnya ia akan kembali ke tempat di mana tempat (tanah) ia berasal dan akan mati di situ. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT :
قُلْ لَوْ كُنْتُمْ فِي بُيُوتِكُمْ لَبَرَزَ الَّذِينَ كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقَتْلُ إِلَىٰ مَضَاجِعِهِمْ
QUL LAU KUNTUM FII BUYUUTIKUM LABARAZAL-LADZINA KUTIBA 'ALAIHIMUL QOTLU ILAA MADHAAJI'IHIM.
"Katakanlah : Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh". (QS. Ali Imran : 154)
Diceritakan dalam suatu riwayat : Pada zaman dahulu Malaikat Maut pernah menampakkan diri dan masuk ke rumah Nabi Sulaiman AS dan melihat seorang pemuda yang ada di samping Nabi Sulaiman, kontan pemuda tersebut gemetar sekujur tubuhnya. Ketika Malaikat Maut sudah pergi, pemuda tersebut meminta Nabi Sulaiman supaya memerintahkan angin agar membawanya terbang ke negeri Cina. Setelah sampai di negeri Cina, Malaikat Maut datang menemui Nabi Sulaiman, dan Nabi Sulaiman menanyakan apa sebabnya Malaikat Maut memandang pemuda tadi, maka dijawab oleh Malaikat Maut : "Sesungguhnya aku diperintahkan untuk mencabut nyawanya hari ini di negeri Cina, aku terkejut melihat pemuda itu ada di rumahmu". Lalu Nabi Sulaiman menceritakan tentang pemuda tersebut, yaitu supaya memerintahkan angin dan membawanya terbang ke negeri Cina. Malaikat Maut berkata : "Aku telah mencabut nyawanya di negeri Cina hari ini".
Diceritakan lagi bahwa Malaikat Maut mempunyai beberapa pembantu yang berdiri di depannya dan memabantunya mencabut nyawa (ruh). Dikisahkan bahwa ada seorang pemuda yang berdo'a : "Ya Allah, ampunilah dosaku dan dosa Malaikat (penjaga) matahari". Mendengar do'a tersebut Malaikat Matahari mohon izin kepada Allah untuk menemui pemuda tersebut, maka turunlah Malaikat Matahari kepadanya dan berkata padanya : "Sesungguhnya engkau telah banyak berdo'a untukku, apakah keinginanmu?" Pemuda itu berkata : "Keinginanku adalah engkau membawaku ke tempatmu, dan aku ingin engkau menanyakan tentang kapan datangnya ajalku". Maka dibawalah pemuda itu ke matahari dan duduk di atasnya, lalu Malaikat Matahari pergi menemui Malaikat Maut dan menceritakan bahwa ada anak Adam (manusia) yang berdo'a : "Ya Allah, ampunilah dosaku dan dosa Malaikat Matahari". Dan dia meminta kepadaku untuk menanyakan kepadamu tentang kapan ajalnya datang, supaya dia bisa mempersiapkan diri. Malaikat Maut lalu melihat bukunya dan berkata : "Sungguh nyata, sesungguhnya temanmu mempunyai tingkah laku yang agung, dan dia tidak akan mati sehingga dia bisa duduk di tempatmu di atas matahari". Malaikat Matahari berkata : "Dia telah duduk di tempatku". Malaikat Maut berkata (lagi) : "Pemuda itu akan mati di tangan pembantu/utusanku tapi tidak ada yang mengetahuinya".
Dalam sebuah hadits dari Nabi SAW, beliau bersabda : Ajalnya semua hewan (binatang) itu tergantung dzikirnya kepada Allah, ketika binatang itu meninggalkan dzikir kedapa Allah, maka dicabutlah nyawanya dan Malaikat Maut tidak ikut campur dalam hal ini.
Diceritan bahwa Allahlah yang mencabut nyawa semua makhluk, tetapi dinisbatkan kepada Malaikat Maut. Sebagai contoh dinisbatkannya orang yang mati kepada (sebab) orang yang membunuhnya, dan orang yang mati karena menderita suatu penyakit. Ini sesuai dengan firman Allah SWT :
اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا
ALLAHU YATAWAFFAL ANFUSU HIINA MAUTIHAA
"Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya". (QS. Az-Zumar : 42)